“Pinter-pinter kok
nganggur.”
“Oh, nggak kerja ya? Sayang ijazahnya lho.”
Begitulah beberapa kalimat ‘manis’ yang sempat membuat saya
terpuruk beberapa tahun lalu saat memutuskan untuk resign dari kantor dan menjadi full
time mother. Yang lebih menyakitkan bukan masalah pertanyaannya. Tapi lebih
kepada siapa yang melontarkannya.
Ya, kuping saya sudah kebal sama yang namanya hujatan dan
celaan dari orang lain. Tapi, beda halnya kalau kalimat nyinyir di atas keluar
dari orang-orang terdekat. Keinginan dan ketetapan hati yang sudah bulat, bisa
dengan mudah goyah dan akhirnya saya merasa down.
Seakan-akan, menjadi full time mother itu
sebuah dosa yang nggak semestinya dilakukan oleh sarjana cum laude seperti saya.
Di saat seperti itu, saya hanya bisa menangis dan
menenangkan diri. Saya bawa semuanya dalam doa dan memohon kekuatan kepada-Nya.
Untungnya suami selalu memberi semangat dan dukungan. Bagaimanapun juga, ide
untuk resign itu adalah keputusan
kami berdua. Otomatis konsekuensinya juga harus kami tanggung bersama.
Beruntung, saya nggak terpuruk terlalu dalam. Saya menyibukkan
diri dengan beragam kegiatan baik di rumah ataupun di luar rumah dan memberikan
perhatian sepenuhnya kepada anak dan suami. Saya juga mengerjakan pekerjaan
paruh waktu di sela-sela kesibukan itu, sambil terus mengukir mimpi masa depan.
Perlahan, saya mulai menuliskan semua harapan dan impian itu
di sebuah dream board. Hal ini sangat
membantu saya untuk tetap tegar dan terus berjalan ke depan tanpa terlalu
banyak pusing memikirkan perkataan orang lain.
Salah satu mimpi saya sejak dulu adalah menjadi penulis. Meski
berat dan tak memiliki histori atau pengalaman apapun di bidang ini, saya terus
memegang mimpi itu. Dan kini, berkat perjuangan selama 2 tahun “meniti karir”
di dunia literasi, saya sudah mulai mewujudkan mimpi itu. Sebuah buku solo, 15
buku antologi (dan masih akan terus bertambah), menjadi jejak sejarah yang
telah saya torehkan.
Kini, saat melihat lagi dream board yang pernah saya tuliskan
dulu, saya bisa tersenyum sambil tak henti mengucap syukur. Betapa doa dan
perjuangan nggak pernah berbohong. Bagaimana denganmu, Readers?
#ODOA
#IndscriptCreative
#IndscriptWriting
#EmakSuperBoard
#EmakSuperBoard
0 comments:
Post a Comment